function slider_option(){ $con = '
'; echo $con; } add_action('web_footer','slider_option');Download file update dari kami |
Menkopohukam angkat bicara terkait Kasus Tanjung Balai |
BERITA |
Minggu, 31 Juli 2016 16:57 |
PERISTIWA DI TANJUNG BALAI SEHARUSNYA TIDAK BOLEH TERJADI DAN PATUT DISESALKAN Pasca kejadian kerusuhan di tanjung balai - sumatera utara yang dipicu oleh perselisihan 2 warga, menkopolhukam Bpk Wiranto menyampaikan statemen untuk menyadarkan kita kembali sebagai warga negara. Dalam statemennya menkopolhukam mengatakan " Kita ini hidup di negara Pancasila, negara demokrasi yg memiliki nafas kebebasan. Namun bukan kebebasan yang mutlak tapi kebebasan yang ada batasnya ada aturannya. Kebebasan yang tidak mengganggu kebebasan orang lain. Kita juga memiliki negara hukum, dimana supremasi hukum harus dijaga oleh semua orang dengan cara menghormati dan mematuhinya. Peristiwa di Tanjung Balai seharusnya tidak boleh terjadi dan patut disesalkan. Hanya karena miskomunikasi dua warga, lalu berkembang manjadi main hakim sendiri dengan melakukan penyerangan, perusakan, dan pembakaran yang benar-nenar bukanlah budaya kita untuk menyelesaikan masalah, yang terjadi justru memperbesar masalah dan telah membawa kerugian besar baik hartabenda maupun semangat kebersamaan kita sebagai satu bangsa. Pasca kerusuhan yang terjadi di Kota Tanjungbalai, Kepala Polisi Republik Indonesia (Kapolri) Jendral Tito Karnavian menggelar rapat bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumut di ruang rapat Polda Sumut, Sabtu (30/7/2016). Dalam rapat tersebut, Tito membicarakan mengenai kisruh yang berbau SARA di Tanjung Balai, yang mengakibatkan sejumlah rumah ibadah vihara dibakar massa warga dan juga merusak beberapa rumah warga. Dari informasi lain yang diperoleh, Permasalahan kerusuhan di tanjung balai awal mulanya, ada seorang wanita tionghoa yang memprotes toa masjid yang terlalu keras. Wanita dan warga yang hendak shalat bersitegang, tapi sudah diamankan dan kembali pulang. Dan entah darimana datangnya massa kemudian membakar vihara. Tidak jelas juga kenapa vihara, padahal si wanita belum diketahui agamanya. Menyikapi peristiwa ini diharapkan kita yang ber-medsos lebih cerdas dalam menyikapi berita dan provokasi melalui medsos. *admin
|